Bulan Mei diperingati sebagai hari jadi kota Surabaya, dan pada tahun ini kota kedua terbesar di Indonesia ini dianggap telah menginjak umur ke 716. Sebelum tahun ini, pemerintah daerah kota Surabaya membuat agenda perayaan selama sebulan penuh dengan label Surabaya Big Sale. Baru mulai tahun inilah namanya diubah menjadi Surabaya Shopping Festival, dan penyelenggaranya adalah pelaku pasar bisnis retail di kota ini. Festival belanja ini cukup menggairahkan berbagai mall dan pasar grosir. Lebih dari itu, perayaan ulang tahun kota tidak lagi sekedar seremonial tahunan – yang membosankan.
Tentu saja konsep shopping festival ini bukan sesuatu yang baru, karena di Singapore telah dikenal The Great Singapore Sale, di Hong Kong ada Hong Kong Shopping Festival, atau Jakarta Great Sale (yang nanti akan bernama Festival Jakarta Great Sale). Selama sebulan, warga kota maupun pendatang dimanjakan dengan berbagai macam diskon dari berbagai pelaku bisnis retail, sehingga wisata belanja bisa terbentuk dengan adanya perayaan ini.
Menurut otoritas kotamadya, perubahan dari konsep sebelumnya yang dikelola oleh pemerintah menjadi festival yang ditangani sendiri oleh swasta sejak 2008 silam bertujuan untuk menggalakkan perekonomian kecil menengah. Bila swasta terlibat penuh, mereka akan bertanggung jawab pada keberhasilan festival belanja untuk peringatan berdirinya Surabaya ini. Selain kesiapan seluruh “warga” retail Surabaya, media masa sebagai agen promosi berperan penting sekali, sehingga event tahunan tersebut bisa berjalan seperti yang diharapkan – dan untuk ini harian Jawa Pos bahkan mendedikasikan beberapa halaman untuk reportase SSF.
Spanduk, umbul-umbul, stiker yang bertema SSF bertebaran di penjuru kota, mengingatkan adanya event diskon belanja di segenap penjuru kota. Penempatan yang cukup bagus, tiap orang yang memasuki kota Surabaya akan segera tahu bahwa kota ini sedang mengadakan event. Di mall-mall pendukung SSF, bahkan stiker di rekatkan di lantai keramik mereka. Untuk mendongkrak penjualan, selama penambahan jam operasional diadakan diskon harga besar-besaran justru setelah puncak jam sibuk lewat, sepertinya misalnya Midnight Sale di Giant Hypermarket. Demikian juga di Tunjungan Plaza yang menjadi favorit dan kebanggaan warga Surabaya, diskon besar-besaran dimulai jam 22.00.
Apakah SSF sudah menjadi ajang wisata belanja yang bisa atau pantas membuat nama Surabaya masuk dalam kalender wisata Asia Tenggara – setidaknya? Saya pribadi mengatakan belum. Masih jauh.
Kalau orang bertanya tentang keunikan SSF, rasanya tidak ada yang bisa menjawab. Hal ini dikarenakan SSF 2009 baru berupa gebyar diskon atau belanja agak murah di berbagai retail pendukung festival. Tidak ada bedanya dengan aktivitas diskon yang secara periodik mereka lakukan. Memang yang menarik dan sedikit berbeda adalah, hampir semua butik, kios, counter, gondola, hingga foodcourt di dalam plaza memberikan diskon pada hampir semua item yang mereka jual. Di beberapa plaza bahkan secara khusus menyelenggarakan food festival. Suasana kebersamaan terbangkitkan, menyegarkan mata pengunjung mall dan plaza.
Kalau saya warga kota yang memang sedang ingin beli alat elektronik baru dengan harga lebih murah, atau mau membelikan anak saya pakaian dengan harga diskon seraya cuci mata di mall, SSF memang mencukupi. Sebagai warga kota, saya punya banyak pilihan untuk mendapatkan barang dengan harga diskon di berbagai tempat. Demikian juga kalau saya datang dari beberapa kota lain di Jawa Timur, mungkin SSF merupakan hiburan akhir pekan yang sebaiknya tidak dilewatkan. Akan tetapi, kalau saya orang dari Jakarta apalagi dari tempat lain yang lebih modern, apa yang menarik dari SSF?
Orang tertarik mendatangi sebuah tempat karena memiliki tujuan yang mungkin tidak bisa didapatkan di tempat lain. Kalau yang ditawarkan unik, punya daya pikat tinggi, orang jadi punya alasan untuk datang.
Mungkin memang SSF baru sebatas event yang dirancang untuk memuaskan warga kota Surabaya dan sekitarnya saja, karena secara potensial penduduk Surabaya dan sekitarnya yang mencapai jutaan orang tidak mungkin disepelekan.
Sebuah mall dengan tema khusus seperti Hi-Tech mall mungkin langsung bisa mengusung segmen pasarnya sendiri. Orang pergi ke sana sudah hampir pasti karena kebutuhan akan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan komputer. Demikian juga dengan Plasa Marina yang dihuni retailer HP. BG Junction yang punya IT Center menunjukkan geliat serupa, dan karena mall ini juga punya pusat jajanan, food festival diselenggarakan pula di sini.
Kalau pelaku bisnis retail Surabaya bisa memetakan kekuatan supply dan besarnya demand di segenap penjuru kota, bukan tidak mungkin SSF pada tahun-tahun mendatang punya tema yang lebih kuat.
Misalnya, pusat mebel dan aksesoris rumah berada di sekitar Gemblongan dan Baliwerti, maka rasanya tidak berlebihan bila area itu hingga mall BG Junction menjadi area belanja item-item tersebut. Festival makanan tradisional perlu digelar, karena Jawa Timur penuh dengan berbagai makanan lokal yang enak, dan diselenggarakan di tempat umum seperti lapangan maupun di mall besar macam TP. Pasar Grosir Surabaya dan Jembatan Merah Plaza tidak boleh ditinggalkan karena di sanalah pintu gerbang retailer ke berbagai kota lain, khususnya busana muslim dan kerudung. Demikian seterusnya.
Hari ini, tanggal 31 Mei 2009 Surabaya Shopping Festival akan resmi ditutup dengan event yang diselenggarakan di Galaxy Mall. Sekalipun sudah resmi ditutup, kabarnya beberapa tempat masih melanjutkan program diskon hingga minggu pertama Juni.
Semoga SSF tahun depan lebih meriah dengan tema yang lebih jelas.