Sebuah Hiburan dan Kontroversi Kesyirikan
Harry Potter itu mengajarkan paganisme. Mantera-manternya itu lho … dari bahasa kuno kaum pagan, yang dihidupkan kembali oleh JK Rowling. Demikian kira-kira sebuah tuduhan pada pengisahan dan penokohan Harry Potter ini, terutama karena di dalamnya dipenuhi dengan kosa kata dan istilah asing yang tidak mudah dipahami.
Dalam pembahasan di Wikipedia, tampaknya tidak seseram itu. Beberapa istilah yang dijadikan mantera terdengar cukup familiar bagi mengerti bahasa Inggris, tapi lebih banyak yang terdengar seperti bahasa biologi (bahasa latin). Ternyata memang sejumlah kata bahasa Inggris berakar dari latin, dan bahasa latin ini yang banyak digunakan oleh JK Rowling untuk meramu mantera. Meskipun ada kritik pada konsep pencampuran bahasa ini, mantera sihir ala JK Rowling menunjukkan kemahirannya dalam beberapa bahasa.
Harry Potter adalah fenomena era millennium, terlahir pertama pada tahun 1997 dan pungkas di novel terakhir sekitar 10 tahun kemudian. Tokoh dan kisah ini bahkan lebih fenomenal daripada karya-karya untuk anak sebelumnya. Kita ingat ada kisah Lima Sekawan (The Famous Five) dan Sapta Siaga (The Secret Seven) karya Enid Blyton, yang berkisah tentang pemecahan misteri. Bahkan The Famous Five sempat diangkat ke layar kaca di Inggris (dan pernah ditayangkan di sini). Ada serial Agatha Christie yang diangkat lagi oleh penerbit Gramedia, sehingga cukup populer di sera 90-an. Bedanya, Harry Potter seperti lintas segmental, karena novel dan filmya dinikmati oleh sekurangnya dua generasi (orang tua dan anaknya). Di pihak lain, serial Enid Blyton hanya menarik untuk anak-anak hingga awal remaja, sedangkan Agatha Christie hanya bisa dicermati oleh pembaca remaja akhir dan dewasa. Ada beberapa novel yang mencoba menyejajarkan diri dengan Harry Potter, seperti kisah Eragon dan naga birunya Saphira, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Novel triloginya tidak pernah booming.
Seperti halnya penyakit, demam ini akan berakhir. Semua euforia tentang Harry Potter yang memang sudah diniatkan untuk pamungkas pada buku ke-7 akan selesai. Mungkin novelnya tetap akan terjual, tetapi tidak ada lagi kehebohan seperti yang terjadi tiap novel ini terbit. Saya sebut heboh karena isi novel ini bahkan menjadi issue media massa, pertaruhan judi, hingga karyawan penerbitan novel Harry Potter di Inggris diperintahkan untuk tutup mulut. Apalagi jika dalam proses promosinya yang sudah dilakukan sebelum novel ini ditulis sudah dilansir issue adanya tokoh yang dimatikan. Sejak buku ke-4 Harry Potter and the Goblet of Fire, JK Rowling sudah memastikan ada tokoh yang mati, dan ini memicu rumor serta tebak menebak tokoh yang dimatikan Rowling.
Sejak munculnya fenomena Harry Potter ini, pandangan orang tentang sihir, penyihir, dan dunia sihir berubah. Sebelumnya, penyihir dianggap dongeng, karena menjadi bagian dari masa lalu sebagaimana novel dan film Lords of The Ring. Ada juga yang memandangnya secara tabu, musuh agama, dan perilaku menyimpang yang jahat. Tidak ada yang menduga bahwa sihir dimunculkan (di dalam film) dalam bentuk bocah laki-laki imut berusia sepuluh tahunan, dan sama sekali tanpa kesan magis. Kita tahu, di Eropa yang berlanjut di Amerika praktisi sihir dikerja-kejar dan dibunuh di abad pertengahan, karena dianggap anti gereja dan menghujat. Tapi siapa yang akan tega menyakiti siswa sekolah sihir yang imut seperti Daniel Radcliff dan Emma Watson?
Sebenarnya apa yang paling berbahaya dari fenomena sihir ala Harry Potter ini? Bagi saya, perubahan pandangan tentang sihir. Sihir dianggap cool dan asyik dicoba. Ini adalah tugas orang tua untuk menjelaskan pada anak-anaknya yang menggemari Harry Potter bahwa film itu hanya fantasi, dan tidak nyata dalam kehidupan. Harry Potter harus berhenti sebagai hiburan, internalisasi sedikit teladannya, sudah. Jangan pernah tertarik pada sihir, dalam bentuk apapun.
Bagi kaum muslim, praktik sihir harus dijauhi. Tidak ada kebaikan di dalamnya, bahkan hanya mengundang mudharat. Sihir adalah pengejawantahan persekutuan manusia dengan setan – sebab kekuatan sihir hanya muncul bila manusia celaka. Dengan perantaraan mahluk gaib ciptaan Allah yakni jin, sihir bisa terwujud dengan mengelabui pandangan mata manusia.
Contoh konkret praktik sihir adalah keris pusaka yang berkekuatan magis, tombak pusaka yang tidak bisa diangkat oleh manusia biasa, penyakit yang dipindahkan ke kelapa atau kambing, ilmu gendam, pelet, babi ngepet, susuk, dan sebagainya. Sihir akan berwujud sebagaimana yang ingin dilihat manusia itu sendiri. Jin yang menjadi medium sudah pasti bukan jin biasa, melainkan golongan jin yang kuat karena mampu mempengaruhi manusia.
Iblis sudah bersumpah akan mengupayakan manusia untuk mengikuti jalannya yang sesat dengan segala cara, agar pada akhirnya turut menemaninya di neraka jahanam. Allah sudah mengijinkan iblis mencari pengikut, dengan cara apapun. Akibatnya, sepanjang umur manusia dan selama manusia masih berjalan di muka bumi, iblis akan terus berupaya menyesatkan kita semua. Mahluk yang dilaknat Allah itu tidak bekerja sendiri, sebab ia sudah menebar jaringan berupa setan-setan yang berasal dari jin dan manusia.
Hal pertama yang diajarkan setan pada manusia adalah rasa takut yang besar, atau kecil tapi selalu muncul (was-was). Ketakutan ini selalu dibisik-bisikkan di dada manusia, hingga manusia menganggap pertolongan Allah jauh atau tidak mencukupi. Kalau mau instan, langsung, datanglah ke sumbernya … yakni manusia yang “berilmu”, orang tua, orang pintar, paranormal, dan sebutan lain sebangsanya. Produk yang ditawarkan oleh agen iblis itu antara lain: jimat, pusaka, susuk, dan semacamnya … yang sebenarnya justru menjadi pertanda bahwa kita telah masuk dalam lingkaran sihir.
Islam mengajarkan ilmu, dan menghendaki penganutnya cerdas. Jauhi sihir, ikuti jejak Al-Qur’an, maka manusia akan selamat dan bertambah cerdas. Dengan berlandaskan pada Al-Qur’an, Islam pernah mengalami jaman keemasan dengan munculnya ahli kimia, matematika, kedokteran, ilmu falak, sastra, pemerintahan … saat Barat belum membentuk peradaban yang solid. Ilmu yang mereka kembangkan saat ini, banyak yang berakar pada pemikiran cendekiawan dari Timur Tengah di abad pertengahan.
Kalau sekarang umat Islam kembali pada sihir, maka sama saja artinya dengan kembali ke abad kegelapan.